Rindu rasanya naik kereta, setelah beberapa waktu lalu kereta penumpang yang melintasi Sukabumi-Bogor maupun sebaliknya ini sempat vakum.
"Bumi Geulis" kini hanya tinggal kenangan, kenangan betapa sesaknya isi gerbong-gerbong kereta itu, tak jarang harus berbagi kursi karena kulihat lelaki tua berjalan kesana-kemari mencari kursi untuk mendudukan badannya yang sudah sempoyongan. Belum lagi penjual buku, pop mie, kopi yang berlalu lalang diantara padatnya isi kereta itu dan betapa kagetnya aku ketika lemparan yang berasal dari luar kaca kereta hampir saja mengenai kepalaku, ah beruntung aku masih dalam lindunganNya, karena betapa seringnya para atlit pelempar dari Sukabumi menjadikan kereta sebagai bahan percobaannya, terlihat dari retakan kaca kereta maupun goresan yang berada di badan kereta, ceritamu dulu
"KA Pangrango" kau hadir bak mata air di Padang pasir, memberikan harapan hingga senyumanpun terpancar dari kami, kami sudah muak, muak dengan kemacetan, kami sudah muak, muak dengan para preman yang menaikan harga kendaraan umum semaunya, tanpa berpikir keselamatan apalagi kenyamanan. Terimakasih bapak-bapak yang telah rela menyisihkan waktunya untuk memikirkan kebaikan terhadap kami.
Rasanya bukan hanya mengantarkan kami ke Bogor atau ke Sukabumi, kami betah berada di KA Pangrango, tampak teratur, telah memenuhi kebutuhan kami (makan siang, minum,colokan lsitrik), ditambah lagi kanan kiri perjalanan yang masih asri hijau persawahan, pegunungan, anak-anak diluar sana yang menanti lewatnya kereta sambil melambaikan tangan merupakan suatu hiburan juga merasakan relaksasi tersendiri.
"Bumi Geulis" kini hanya tinggal kenangan, kenangan betapa sesaknya isi gerbong-gerbong kereta itu, tak jarang harus berbagi kursi karena kulihat lelaki tua berjalan kesana-kemari mencari kursi untuk mendudukan badannya yang sudah sempoyongan. Belum lagi penjual buku, pop mie, kopi yang berlalu lalang diantara padatnya isi kereta itu dan betapa kagetnya aku ketika lemparan yang berasal dari luar kaca kereta hampir saja mengenai kepalaku, ah beruntung aku masih dalam lindunganNya, karena betapa seringnya para atlit pelempar dari Sukabumi menjadikan kereta sebagai bahan percobaannya, terlihat dari retakan kaca kereta maupun goresan yang berada di badan kereta, ceritamu dulu
"KA Pangrango" kau hadir bak mata air di Padang pasir, memberikan harapan hingga senyumanpun terpancar dari kami, kami sudah muak, muak dengan kemacetan, kami sudah muak, muak dengan para preman yang menaikan harga kendaraan umum semaunya, tanpa berpikir keselamatan apalagi kenyamanan. Terimakasih bapak-bapak yang telah rela menyisihkan waktunya untuk memikirkan kebaikan terhadap kami.
Rasanya bukan hanya mengantarkan kami ke Bogor atau ke Sukabumi, kami betah berada di KA Pangrango, tampak teratur, telah memenuhi kebutuhan kami (makan siang, minum,colokan lsitrik), ditambah lagi kanan kiri perjalanan yang masih asri hijau persawahan, pegunungan, anak-anak diluar sana yang menanti lewatnya kereta sambil melambaikan tangan merupakan suatu hiburan juga merasakan relaksasi tersendiri.
0 komentar